Kamis, 26 April 2012

PROSES KEPUTUSAN INOVASI



PROSES KEPUTUSAN INOVASI

Keputusan inovasi adalah proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan mengukuhkannya. Keputusan inovasi merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas, keputusan ini mempuyai ciri-ciri tersendiri yang tak diketemukan dalam situasi pembuatan keputusan yang lainnya.
Ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu :
1)            Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.
2)            Keputusan individual, yaitu keputusan di mana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya.

Keputusan individual ini ada dua macam :
1)            keputusan opsional yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
2)            Keputusan kolektif yakni keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus.

Sebagai tambahan dari ketiga tipe keputusan di atas, ada keputusan yang di sebut keputusan kontingen, yakni pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.

PROSES KEPUTUSAN INOVASI OPSIONAL

Pandangan tradisional mengenai proses keputusan inovasi, yang disebut “proses adopsi”, di kemukakan komisi ahli-ahli sosiologi pedesaan pada tahun 1955. Proses itu terdiri dari 5 tahap :
1)            Tahap Kesadaran, di mana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengetahui hal itu.
2)            Tahap Menaruh Minat, di mana seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.
3)            Tahap Penilaian, di mana seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru yang dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa mendatang dan menentukan mencobanya atau tidak.
4)            Tahap Pencobaan, di mana seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi dirinya.
5)            Tahap Penerimaan, (adopsi) di mana seseorang menggunakan ide baru itu secara tetap dalam skala yang luas.

Konseptualisasi proses adopsi ini telah dipakai dan di uji oleh para peneliti diffusi. Tetapi akhir-akhir ini dikemukakan kritik terhadap model ini bahwa prosesnya terlalu disederhanakan. Di antara banyak kekurangannya ialah :
1)            Model itu menyatakan  bahwa proses tersebut berakhir dengan keputusan untuk mengadopsi, sedangkan kenyataanya mungkin saja hasil akhirnya adalah penolakan. Karena itu diperlukan istilah yang lebih luas dari “proses adopsi” sehingga dapat mencakup keputusan untuk menerima atau menolak.
2)            Lima tahap itu tidak selalu terjadi pada hal-hal tertentu dan mungkin beberapa diantaranya dilewatkan, misalnya tahap pencobaan. Penilaian biasanya terjadi pada keseluruhan proses, tidak hanya pada salah satu tahap saja.
3)            Proses itu jarang berakhir dengan adopsi. Biasanya proses itu masih berlanjut dengan pencarian informasi untuk memperkuat atau mengukuhkan keputusan yang telah dibuatnya. Atau mungkin seseorang berubah haluan dari menerima menjadi menolak dan juga sebaliknya.

            Tipe-tipe Pengetahuan

            Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan adanya inovasi yang telah dibicarakan di atas. Tipe yang kedua, meliputi informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu informasi. Tipe pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu informasi.

            Konsistensi Antara Pengenalan dan Tingkah Laku

            Sikap terhadap inovasi sering kali merupakan jembatan yang mengentarai tahap pengenalan dengan tahap keputusan. Seseorang tidak akan berusaha mengenal ide baru jika informasi tidak relevant baginya, dan jika demikian halnya maka orang tersebut tidak akan mencari informasi lebih lanjut sehingga dapat tercapai persuasi.

Tahap Persuasi
            Pada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitif, aktifitas mental pada tahap persuasi yang utama adalah afektif (perasaan).

Tahap Keputusan
            Pada tahap ini, seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan inovasi merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya.


Tahap Konfirmasi
            Bukti-bukti penelitian empiris yang diperoleh oleh para peneliti menunjukkan bahwa proses keputusan inovasi itu tidak berakhir setelah orang mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi.

Dissonansi Tindakan

Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakselarasan atau ketidakseimbangan internal, suatu kenyataan psikologis yang tak menyenangkan sehingga seseorang mengurangi atau menghilangkannya. Jika seseorang merasakan adanya ketidakselarasan (dissonansi) ini, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan merubah pengetahuaan, sikap atau tindakan-tindakannya.

Diskontinuansi

Diskontinuansi adalaah keputusan seeorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi :
1)            keputusan untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi karena ia menerima ide baru yang lebih baik menurut pandangannya.
2)            keputusan untuk mogok sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap hasil inovasi.

Tipe-tipe sikap

Ada dua tindakan sikap, yaitu sikap khusus terhadap inovasi dan sikap umum terhadap perubahan. Sikap khusus terhadap inovasi adalah berkenaan atau tidaknya seseorang, percaya atau tidaknya seseorang terhadap kegunaan suatu inovasi bagi dirinya sendiri. Sikap khusus itu menjebatani antara suatu inovasi dengan inovasi lainnya.



Konsistensi sikap dan tingkah laku

Kita harus ingat bahwa terbentuknya sikap tidak otomatis menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk mengadopsi untuk menolak. Namun demikian ada kecenderungan orang untuk lebih menyelaraskan sikap dan tingkah laku. Jika terdapat perbedaan antara sikap seseorang terhadap inovasi dengan keputusan yang di buatnya, maka terjadilah dissonansi inovasi.    

KEPUTUSAN INOVASI KOLEKTIF

          Keputusan inovasi kolektif adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus. Proses ini melibatkan lebih banyak individu. Pengambilan keputusan inovasi kolektif ini prosesnya lebih panjang atau banyak memakan waktu.
            Tahap-tahap dalam proses keputusan inovasi kolektif
·         Stimulasi, merupakan minat ke arah kebutuhan akan ide-ide baru.
·         Inisiasi, yaitu ide-ide baru ke dalam sistem sosial.
·         Legitimasi, yaitu ide-ide baru yang ditimbulkan oleh pemegang kekuasaan atau legitimator.

Partisipasi Dalam Keputusan Kolektif

            Partisipasi adalah  tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi tersebut berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. ini berarti semakin tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.
            Anggota sistem sosial lebih puas dengan keputusan kolektif jika mereka merasa terlibat dalam pembuatan keputusan itu karena ;
·         dengan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, anggota itu mengetahui bahwa sebagian besar anggota dalam sistem juga ingin melaksanakan keputusan itu. Jika seseorang anggota tahu bagaimana dukungan kelompok terhadap keputusan, dia mungkin menjadi lebih puas.
·         keputusan untuk menerima atau menolak lebih sesuai dengan kebutuhan anggota sistem jika mereka ikut ambil bagian dalam pembuatan keputusan tersebut.
·         partisipasi yang luas memungkinkan para pemuka pendapat di dalam sistem dapat menduga apa yang diinginkan oleh sebagian besar anggota terhadap keputusan yang akan di ambil. dengan demikian posisi para pemuka pendapat lebih mantap dan para anggota terdorong untuk mentaati keputusan dengan rasa puas.

Penerimaan Anggota Terhadap Keputusan Inovasi Kolektif

Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat partisipasi mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan kolektif semakin besar penerimaan mereka terhadap keputusan.
            Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif juga berhubungan positif dengan kohesi anggota dengan sistem sosial. Kohesi adalah tingkat keterikatan anggota dengan sistem sosial menurut persepsinya sendiri. Orang yang merasa sangat terikat atau punya ikatan kuat dengan kelompok akan merasa lebih terdorong untuk merubah kepercayaan atau tingkah lakunya jika kelompok menginginkan.

KEPUTUSAN INOVASI OTORITAS
DAN
PERUBAHAN ORGANISASIONAL

            Keputusan otoritas adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi formal misalnya birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya. Proses ini menyangkut penyebaran suatu inovasi ke dalam suatu organisasi formal yang menyebabkan terjadinya perubahan pada organisasi tersebut.
            Keputusan inovasi otoritas adalah tekanan terhdap seseorang oleh orang lain yang berada dalam posisi atasan. Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang yang lebih tinggi kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak lagi bebas menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi struktur kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti keputusan yang telah diambil oleh atasan.
            Ada dua macam unit yang terlibat dalam proses keputusan otoritas, yaitu :
1)            unit adopsi, yakni seseorang, kelompok atau unit yang mengadopsi inovasi.
2)            unit pengambil keputusan, yakni seseorang, kelompok atau unit yang posisi kekuasaannya lebih tinngi dari unit adopsi dan yang membuat keputusan akhir apakah unit adopsi harus menerima atau menolak inovasi.

Perbedaan antara keputusan otoritas dengan keputusan opsional dan kolektif yaitu terletak pada pengaruh sistem sosial terhadap anggotanya sebagai individu penerima inovasi. Dalam keputusan opsional hanya sedikit pengaruh sistem sosial etrhadap keputusan seseorang. Dalam keputusan otoritas pengaruh itu sangat besar, melalui struktur kekuasaan.
Ciri-ciri berikut ini membedakan keputusan otoritas dengan bentuk keputusan lainnya :
1)            Seseorang tidak bebas menentukan pilihannya dalam menerima atau menolak inovasi.
2)            Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit yang berbeda.
3)            Unit pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan lebih tinggi dalam sistem sosial daripada unit adopsi.
4)            Karena hubungan kierarki antara unit pengambil keputusan dengan unit adopsi, unit pengambil keputusan dapat memaksa unit adopsi untuk meenyesuaikan diri dengan keputusan.
5)            Keputusan inovasi otoritas lebih sering terjadi dalam organisasi formal.

Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Otoritas

Tahap Pengenalan
            Ini merupakan tahap paling penting dalam proses keputusan otoritas. Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui adanya inovasi. Pengenalan terhadap suatu  inovasi itu mungkin karena dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan. Bawahan kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Unit pengambil keputusan juga dapat memperoleh pengetahuan mengenai inovasi dari sumber di luar orgnisasi seperti konsultan yang memainkan peranan yang menentukan dalam membangkitkan kebutuhan untuk berubah dalam sistem formal.

Tahap Persuasi
            Tahap persuasi ditandai dengan pencarian informasi lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan pelaksanaan, dan sebagainya yang hakikatnya pada tahap ini organisasi sedang mengadakan suatu percobaan hipotetis.
            Jika dapat menaksir lebih tepat konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka akan dapat lebih baik dalam memutuskan manakah inovasi yang akan diambil dan mana yang akan dibuang.

Tahap Keputusan
            Setelah unit mengambil keputusan mencari tahu lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan kemamfaatan yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi- konsekuensi yang diharapkan, pada tahap ini unit menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.
Tahap Komunikasi
            Tahap komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan, karena pengadopsian atau penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum ada perintah kepada unit adopsi untuk melaksanakannya.

Tahap Tindakan
            Yang dimaksud tindakan dalam hal ini yaitu tahap dimana penggunaan inovasi  mulai dilaksanakan oleh unit adopsi juga merupakan tahap akhir dalam keputusan inovasi otoritas. Pada tahap ini akan tampak jelas konsekuensi yang berupa tingkah laku baik itu menyenangkan maupun mengecewakan.
            Seiring dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk merubah sikap mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan yang dituntut oleh organisasi atau melanjutkan pengadopsian atau penolakan inovasi tetapi menyelewengkan atau merubah inovasi itu sedemikian rupa sehingga cocok dengan sikap mereka. Kecenderungan yang terakhir ini seseorang tetap mempertahankan sikapnya semula.

            Pendekatan Dalam Perubahan Organisasional

            Konsekuensi dari keputusan inovasi otoritas adalah terjadinya perubahan-perubahan pada organisasi formal yang bersangkutan, sehingga jika kita ingin mengadakan perubahan organisasional maka hal itu dapat dilakukan dengan mengusahakan masuknya inovasi ke dalam sistem formal itu.
            Terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam rangka mencapai perubahan organisasional, yaitu :
1)            Pendekatan otoritatif, di mana keputusan inovasi dibuat oleh penguasa secara sepihak.
2)            Pendekatan partisipatif, di mana terdapat interaksi dua arah antara pihak eksekutif yang memprakarsai perubahan dengan orang-orang yang terkena perubahan. Kekuasaan untuk membuat keputusan dialokasi kepada pihak yang terlibat dalam perubahan organisasional sesuai dengan level dalam struktur organisasi, yang berarti disini ada pendelegasian wewenang, tidak terpusat pada pimpinan tertinggi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar