PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Keputusan inovasi adalah
proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil
keputusan untuk menerima atau menolaknya dan mengukuhkannya. Keputusan inovasi
merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas, keputusan ini mempuyai
ciri-ciri tersendiri yang tak diketemukan dalam situasi pembuatan keputusan
yang lainnya.
Ada beberapa tipe keputusan
inovasi, yaitu :
1)
Keputusan
otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang
berada dalam posisi atasan.
2)
Keputusan
individual, yaitu keputusan di mana individu yang bersangkutan ambil peranan
dalam pembuatannya.
Keputusan individual ini ada
dua macam :
1)
keputusan
opsional yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan
yang dibuat oleh anggota sistem.
2)
Keputusan
kolektif yakni keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam
sistem sosial melalui konsensus.
Sebagai tambahan dari ketiga
tipe keputusan di atas, ada keputusan yang di sebut keputusan kontingen, yakni pemilihan untuk menerima atau menolak
inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
PROSES KEPUTUSAN
INOVASI OPSIONAL
Pandangan tradisional mengenai
proses keputusan inovasi, yang disebut “proses adopsi”, di kemukakan komisi
ahli-ahli sosiologi pedesaan pada tahun 1955. Proses itu terdiri dari 5 tahap :
1)
Tahap Kesadaran, di mana seseorang mengetahui adanya ide-ide baru
tetapi kekurangan informasi mengetahui hal itu.
2)
Tahap Menaruh Minat, di mana seseorang mulai menaruh minat
terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.
3)
Tahap Penilaian, di mana seseorang mengadakan penilaian terhadap
ide baru yang dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa
mendatang dan menentukan mencobanya atau tidak.
4)
Tahap Pencobaan, di mana seseorang menerapkan ide-ide baru itu
dalam skala kecil untuk menentukan kegunaannya, apakah sesuai dengan situasi
dirinya.
5)
Tahap Penerimaan, (adopsi) di mana seseorang menggunakan ide
baru itu secara tetap dalam skala yang luas.
Konseptualisasi proses adopsi
ini telah dipakai dan di uji oleh para peneliti diffusi. Tetapi akhir-akhir ini
dikemukakan kritik terhadap model ini bahwa prosesnya terlalu disederhanakan.
Di antara banyak kekurangannya ialah :
1)
Model
itu menyatakan bahwa proses tersebut
berakhir dengan keputusan untuk mengadopsi, sedangkan kenyataanya mungkin saja
hasil akhirnya adalah penolakan. Karena itu diperlukan istilah yang lebih luas
dari “proses adopsi” sehingga dapat mencakup keputusan untuk menerima atau
menolak.
2)
Lima
tahap itu tidak selalu terjadi pada hal-hal tertentu dan mungkin beberapa
diantaranya dilewatkan, misalnya tahap pencobaan. Penilaian biasanya terjadi
pada keseluruhan proses, tidak hanya pada salah satu tahap saja.
3)
Proses
itu jarang berakhir dengan adopsi. Biasanya proses itu masih berlanjut dengan
pencarian informasi untuk memperkuat atau mengukuhkan keputusan yang telah
dibuatnya. Atau mungkin seseorang berubah haluan dari menerima menjadi menolak
dan juga sebaliknya.
Tipe-tipe
Pengetahuan
Ada
tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan inovasi, yaitu
kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan “teknis” dan
pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan kesadaran akan
adanya inovasi yang telah dibicarakan di atas. Tipe yang kedua, meliputi
informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu
informasi. Tipe pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip
berfungsinya suatu informasi.
Konsistensi
Antara Pengenalan dan Tingkah Laku
Sikap
terhadap inovasi sering kali merupakan jembatan yang mengentarai tahap
pengenalan dengan tahap keputusan. Seseorang tidak akan berusaha mengenal ide
baru jika informasi tidak relevant baginya, dan jika demikian halnya maka orang
tersebut tidak akan mencari informasi lebih lanjut sehingga dapat tercapai
persuasi.
Tahap
Persuasi
Pada
tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap
inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya
fungsi kognitif, aktifitas mental pada tahap persuasi yang utama adalah afektif
(perasaan).
Tahap
Keputusan
Pada
tahap ini, seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk
menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan inovasi
merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya.
Tahap
Konfirmasi
Bukti-bukti
penelitian empiris yang diperoleh oleh para peneliti menunjukkan bahwa proses
keputusan inovasi itu tidak berakhir setelah orang mengambil keputusan untuk
menerima atau menolak inovasi.
Dissonansi Tindakan
Sebagian perubahan tingkah
laku manusia terjadi karena adanya ketidakselarasan atau ketidakseimbangan
internal, suatu kenyataan psikologis yang tak menyenangkan sehingga seseorang
mengurangi atau menghilangkannya. Jika seseorang merasakan adanya
ketidakselarasan (dissonansi) ini, biasanya ia terdorong untuk mengurangi
keadaan ini dengan jalan merubah pengetahuaan, sikap atau tindakan-tindakannya.
Diskontinuansi
Diskontinuansi adalaah
keputusan seeorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya
mengadopsi. Ada dua macam diskontinuansi :
1)
keputusan
untuk menghentikan penggunaan suatu inovasi karena ia menerima ide baru yang
lebih baik menurut pandangannya.
2)
keputusan
untuk mogok sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap hasil inovasi.
Tipe-tipe sikap
Ada dua tindakan sikap, yaitu
sikap khusus terhadap inovasi dan sikap umum terhadap perubahan. Sikap khusus
terhadap inovasi adalah berkenaan atau tidaknya seseorang, percaya atau tidaknya
seseorang terhadap kegunaan suatu inovasi bagi dirinya sendiri. Sikap khusus
itu menjebatani antara suatu inovasi dengan inovasi lainnya.
Konsistensi sikap dan
tingkah laku
Kita harus ingat bahwa
terbentuknya sikap tidak otomatis menyebabkan seseorang mengambil keputusan
untuk mengadopsi untuk menolak. Namun demikian ada kecenderungan orang untuk
lebih menyelaraskan sikap dan tingkah laku. Jika terdapat perbedaan antara
sikap seseorang terhadap inovasi dengan keputusan yang di buatnya, maka terjadilah
dissonansi inovasi.
KEPUTUSAN INOVASI KOLEKTIF
Keputusan inovasi kolektif adalah
keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang dibuat oleh individu-individu
yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus. Proses ini melibatkan lebih
banyak individu. Pengambilan keputusan inovasi kolektif ini prosesnya lebih
panjang atau banyak memakan waktu.
Tahap-tahap
dalam proses keputusan inovasi kolektif
·
Stimulasi,
merupakan minat ke arah kebutuhan akan ide-ide baru.
·
Inisiasi,
yaitu ide-ide baru ke dalam sistem sosial.
·
Legitimasi,
yaitu ide-ide baru yang ditimbulkan oleh pemegang kekuasaan atau legitimator.
Partisipasi Dalam Keputusan
Kolektif
Partisipasi
adalah tingkat keterlibatan anggota
sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi tersebut
berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif.
ini berarti semakin tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan
keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.
Anggota
sistem sosial lebih puas dengan keputusan kolektif jika mereka merasa terlibat
dalam pembuatan keputusan itu karena ;
·
dengan
ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, anggota itu mengetahui bahwa
sebagian besar anggota dalam sistem juga ingin melaksanakan keputusan itu. Jika
seseorang anggota tahu bagaimana dukungan kelompok terhadap keputusan, dia
mungkin menjadi lebih puas.
·
keputusan
untuk menerima atau menolak lebih sesuai dengan kebutuhan anggota sistem jika
mereka ikut ambil bagian dalam pembuatan keputusan tersebut.
·
partisipasi
yang luas memungkinkan para pemuka pendapat di dalam sistem dapat menduga apa
yang diinginkan oleh sebagian besar anggota terhadap keputusan yang akan di
ambil. dengan demikian posisi para pemuka pendapat lebih mantap dan para anggota
terdorong untuk mentaati keputusan dengan rasa puas.
Penerimaan Anggota Terhadap
Keputusan Inovasi Kolektif
Penerimaan anggota terhadap
keputusan inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat partisipasi
mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan
kolektif semakin besar penerimaan mereka terhadap keputusan.
Penerimaan
anggota terhadap keputusan inovasi kolektif juga berhubungan positif dengan
kohesi anggota dengan sistem sosial. Kohesi adalah tingkat keterikatan anggota
dengan sistem sosial menurut persepsinya sendiri. Orang yang merasa sangat
terikat atau punya ikatan kuat dengan kelompok akan merasa lebih terdorong
untuk merubah kepercayaan atau tingkah lakunya jika kelompok menginginkan.
KEPUTUSAN INOVASI OTORITAS
DAN
PERUBAHAN ORGANISASIONAL
Keputusan
otoritas adalah keputusan yang dihasilkan oleh organisasi formal misalnya
birokrasi pemerintahan, pabrik, sekolah dan sebagainya. Proses ini menyangkut
penyebaran suatu inovasi ke dalam suatu organisasi formal yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada organisasi tersebut.
Keputusan
inovasi otoritas adalah tekanan terhdap seseorang oleh orang lain yang berada
dalam posisi atasan. Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang yang
lebih tinggi kekuasaannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini
seseorang tidak lagi bebas menentukan pilihannya dalam proses keputusan
inovasi. Jadi struktur kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang
agar ia mengikuti keputusan yang telah diambil oleh atasan.
Ada
dua macam unit yang terlibat dalam proses keputusan otoritas, yaitu :
1)
unit adopsi, yakni seseorang, kelompok atau unit yang
mengadopsi inovasi.
2)
unit pengambil keputusan, yakni seseorang, kelompok atau unit yang
posisi kekuasaannya lebih tinngi dari unit adopsi dan yang membuat keputusan
akhir apakah unit adopsi harus menerima atau menolak inovasi.
Perbedaan antara keputusan
otoritas dengan keputusan opsional dan kolektif yaitu terletak pada pengaruh
sistem sosial terhadap anggotanya sebagai individu penerima inovasi. Dalam
keputusan opsional hanya sedikit pengaruh sistem sosial etrhadap keputusan
seseorang. Dalam keputusan otoritas pengaruh itu sangat besar, melalui struktur
kekuasaan.
Ciri-ciri berikut ini
membedakan keputusan otoritas dengan bentuk keputusan lainnya :
1)
Seseorang
tidak bebas menentukan pilihannya dalam menerima atau menolak inovasi.
2)
Pembuatan
keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit yang berbeda.
3)
Unit
pengambil keputusan menduduki posisi kekuasaan lebih tinggi dalam sistem sosial
daripada unit adopsi.
4)
Karena
hubungan kierarki antara unit pengambil keputusan dengan unit adopsi, unit
pengambil keputusan dapat memaksa unit adopsi untuk meenyesuaikan diri dengan
keputusan.
5)
Keputusan
inovasi otoritas lebih sering terjadi dalam organisasi formal.
Tahap-Tahap Dalam Proses
Keputusan Otoritas
Tahap
Pengenalan
Ini merupakan tahap paling penting dalam proses
keputusan otoritas. Pada tahap ini pengambil keputusan mengetahui adanya
inovasi. Pengenalan terhadap suatu
inovasi itu mungkin karena dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan.
Bawahan kemudian menunggu persetujuan resmi dari unit pengambil keputusan. Unit
pengambil keputusan juga dapat memperoleh pengetahuan mengenai inovasi dari
sumber di luar orgnisasi seperti konsultan yang memainkan peranan yang
menentukan dalam membangkitkan kebutuhan untuk berubah dalam sistem formal.
Tahap
Persuasi
Tahap persuasi ditandai dengan pencarian informasi
lebih banyak lagi termasuk penilaian terhadap biaya, kelayakan, kemungkinan pelaksanaan,
dan sebagainya yang hakikatnya pada tahap ini organisasi sedang mengadakan
suatu percobaan hipotetis.
Jika
dapat menaksir lebih tepat konsekuensi-konsekuensi inovasi, maka akan dapat
lebih baik dalam memutuskan manakah inovasi yang akan diambil dan mana yang
akan dibuang.
Tahap
Keputusan
Setelah unit mengambil keputusan mencari tahu
lebih jauh mengenai inovasi itu dan telah menilainya berdasarkan kemamfaatan
yang tampak, kelayakannya dan konsekuensi- konsekuensi yang diharapkan, pada
tahap ini unit menetapkan untuk menerima atau menolak inovasi itu.
Tahap
Komunikasi
Tahap
komunikasi merupakan suatu tahap yang menentukan, karena pengadopsian atau
penolakan suatu inovasi tidak dapat dilaksanakan sebelum ada perintah kepada
unit adopsi untuk melaksanakannya.
Tahap
Tindakan
Yang
dimaksud tindakan dalam hal ini yaitu tahap dimana penggunaan inovasi mulai dilaksanakan oleh unit adopsi juga
merupakan tahap akhir dalam keputusan inovasi otoritas. Pada tahap ini akan
tampak jelas konsekuensi yang berupa tingkah laku baik itu menyenangkan maupun
mengecewakan.
Seiring
dengan berjalannya waktu, ada kecenderungan seseorang untuk merubah sikap
mereka (suka atau tidak suka) yang tidak cocok dengan tindakan yang dituntut
oleh organisasi atau melanjutkan pengadopsian atau penolakan inovasi tetapi
menyelewengkan atau merubah inovasi itu sedemikian rupa sehingga cocok dengan
sikap mereka. Kecenderungan yang terakhir ini seseorang tetap mempertahankan
sikapnya semula.
Pendekatan
Dalam Perubahan Organisasional
Konsekuensi
dari keputusan inovasi otoritas adalah terjadinya perubahan-perubahan pada
organisasi formal yang bersangkutan, sehingga jika kita ingin mengadakan
perubahan organisasional maka hal itu dapat dilakukan dengan mengusahakan
masuknya inovasi ke dalam sistem formal itu.
Terdapat
dua pendekatan yang berbeda dalam rangka mencapai perubahan organisasional,
yaitu :
1)
Pendekatan otoritatif, di mana keputusan inovasi dibuat oleh
penguasa secara sepihak.
2)
Pendekatan partisipatif, di mana terdapat interaksi dua arah antara
pihak eksekutif yang memprakarsai perubahan dengan orang-orang yang terkena
perubahan. Kekuasaan untuk membuat keputusan dialokasi kepada pihak yang
terlibat dalam perubahan organisasional sesuai dengan level dalam struktur
organisasi, yang berarti disini ada pendelegasian wewenang, tidak terpusat pada
pimpinan tertinggi.